TEMPO.CO, Jakarta - Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) PT Bank Central Asia Tbk atau BCA terjaga pada tingkat yang bisa ditoleransi sebesar 1,8 persen, dibandingkan triwulan I tahun lalu yang sebesar 1,6 persen.
"Hal itu didukung oleh relaksasi kebijakan restrukturisasi," kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers kinerja BCA triwulan I secara virtual, Kamis, 22 April 2021.
Normalisasi restrukturisasi kredit akan menjadi salah satu fokus BCA pada tahun 2021. Sebagai tambahan, rasio pengembalian terhadap aset (return on asset/ROA) tercatat sebesar 3,1 persen, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas (return on equity/ROE) sebesar 15,8 persen.
Adapun BCA membukukan total kredit yang terkoreksi menjadi Rp 586,8 triliun di akhir Maret 2021. Angka tersebut terkontraksi -4,25 persen (YoY) bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 612 triliun.
Hal itu terjadi karena aktivitas bisnis yang belum pulih sepenuhnya menyebabkan fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kendati begitu, fasilitas kredit untuk bisnis naik 6 persen.
"Selaras dengan komitmen BCA untuk meningkatkan pembiayaan, fasilitas kredit untuk bisnis naik hingga 6 persen YoY," ujar dia.